Skip to main content

Musim Semi Di FLP Takengon

Musim Semi. Gambaran yang sepertinya cukup tepat mewakili rentetan peristiwa indah yang terjadi di FLP Takengon. Seperti musim semi, masa di antara empat musim, tempat ketika pucuk tunas baru bermunculan. Harapan dan impian disemai dan bersiap untuk tumbuh berkembang.

Salah tiganya adalah kabar pernikahan dari tiga orang anggota FLP Takengon.

Baru beberapa hari setelah FLP Cabang Takengon resmi berdiri. Kabar gembira pertama muncul dari Rasnady Nasri, pendiri komunitas menulis Garis Tepi di Bener Meriah. Adiknya, Rastina Arianti, yang juga anggota awal FLP Takengon, melangsungkan pernikahan. Tepatnya di tanggal 12 Januari 2016.

Beberapa anggota FLP Takengon di Walimah Rastina | Photos courtesy of Dinni Syafriyuni
Tak lama kabar gembira lainnya menyusul. Handay juga mengabarkan kabar indah yang sama. Muslimah pendiam, tapi rajin senyum dan selalu terlihat dewasa ini melangsungkan pernikahan di hari Rabu, 20 Januari 2016.

Beberapa anggota FLP Takengon di Walimah Handay | Photos courtesy of Dinni Syafriyuni


Dan kemarin, kabar gembira ketika menyusul. Amna Yunda, menikah. Kakak bagi rata-rata anggota FLP Takengon ini adalah muslimah dengan seabrek kegiatan. Dari menulis, kuliner, sampai menyulam. Amna juga sudah menerbitkan beberapa buku.

Kak Amna ketika menjalani Beguru, bagian dari prosesi adat pernikahan Gayo
Photos courtesy of Yaumi Khairani

Untuk para pasangan mempelai yang berbahagia, mewakili FLP Takengon, kami panjatkan doa dan pengharapan, semoga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dan setelah sukses menerbitkan buku nikah, buku hasil tulisannya juga menyusul terbit.

“Barakallahu laka wa baraka ‘alaik, wa jama’a bainakuma fi khair”
Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang mahupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan”

Comments

Popular posts from this blog

Aku Menulis Maka Aku Ada

Oleh. Fauraria Valentine “Jika kau bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar. Maka menulislah” –Imam Al. Ghazali-  Kalimat yang menimbulkan ketertarikan, tentang arti dari menulis bagi diri. Namun tetap saja selalu butuh waktu untuk menjawab bila ada yang bertanya. Mengapa harus menulis? Entahlah mungkin agak sulit mengungkapkannya dengan kata-kata. Karena menulis adalah sala satu kegiatan yang mampu membuat adrenalin memuncak. Jantung memompa darah lebih cepat, membuat emosi meluap. Setiap orang mungkin punya cara yang berbeda untuk dapat menikmati sensasi seperti ini. Seperti halnya sulit menjabarkan rasa manisnya gula atau pedasnya cabai, maka cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan mencobanya.

Kenduri Sastra 4

Image courtesy of Rasnadi Nasry Minggu, 31 Januari 2016. Tiga komunitas kepenulisan di Dataran Tinggi Gayo; Garis Tepi (Bener Meriah), Kompak (Takengon), dan FLP Takengon (Takengon), menggelar Kenduri Sastra 4. Kegiatan yang sering disebut dengan nama Kensas ini adalah kegiatan rutin yang diluncurkan sebagai bentuk kepedulian dan usaha untuk mengembangkan minat baca tulis di wilayah Dataran Tinggi Gayo (Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues.)

Antara Menulis Dan Membaca

Oleh. S. Fadhil Asqar Sungguh mesra hubungan antara menulis dan membaca. Seperti ombak dan pantai, serupa siang dan metari ataupun malam dan selimut gelapnya. Bagaikan kumbang dan bunga. Tak beda dengan kerbau dan kubangan. Mereka tak terpisahkan.